Hy Guys..Welcome to our blog okay..! For all student, keep spirit in study and for all teenagers, be the greeners to keep our goverment..let be greeners and keep spirit! :) Best Regard, VinzRazz
RSS

May
08

Derita Anak Desa Jauh dari Sekolah

SEPASANG bocah berjalan menyusuri jalan setapak melalui hutan, lereng gunung, dan semak belukar. Dengan penuh semangat, kakak-adik itu berjalan kaki enam kilometer setiap hari. kakak kerap harus memikul adiknya untuk melalui rintangan atau saat adik sangat kekelahan.

KEDUA bocah tersebut, Ramadhan, 10 tahun dan Nurlaela, delapan tahun menjalani rutinitas setiap hari ke sekolah, SDN 038 Kanusuang. Ramadhan dan Nurlaela, anak keenam dan ke tujuh dari tujuh bersaudara pasangan Surianto-Saleha, warga Desa Pulliwa, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).

Keluarga petani itu menghuni sebuah gubuk di lereng gunung antara Kanusuang-Pulliwa, sekira enam kilometer dari SD terdekat Kanusuang. Setiap subuh, Ramadhan dan Nurlaela bergegas mengemasi kebutuhannya lalu meninggalkan rumah ke sekolah dengan menembus pagi yang masih gelap.

Lolongan anjing penjaga kebun, merupakan hal yang biasa bagi keduanya. Kedua tetap berjalan dengan harapan tidak terlambat tiba di sekolah. Berjalan kaki setiap hari dengan jarak yang tidak dekat, bukan hal ringan bagi anak seusia Ramadhan dan Nurlaela. Namun semangat bocah kakak-adik tersebut sangat layak menjadi contoh bagi anak-anak lain, terutama yang dilengkapi berbagai fasilitas.


Ramadhan yang bercita-cita menjadi dokter mengatakan sudah terbiasa berjalan kaki. "Naik gunung atau turun jurang terjal sekalipun," ujarnya. Dalam perjalanan menuju atau dari sekolah, kakak-adik tersebut kerap berhenti melepas lelah.

Ramadhan mengungkapkan kerap terpaksa memikul Nurlaela kalau sangat kelelahan. "Kalau saya lihat dia sangat lelah, saya pikul sampai (tenaganya) memungkinkan untuk berjalan lagi," ungkapnya.

Ayahnya Surianto mengatakan hampir tidak pernah mendengar keluhan kedua anaknya soal sekolahnya yang jauh. Sebaliknya, mereka tidak menerima, baik kalau disarankan tidak memaksanakan diri ke sekolah. Misalnya saat musim hujan. "Saya sangat bersyukur, keduanya punya semangat bersekolah. Mudah-mudahan cita-citanya tercapai sehingga bisa membantu orang tua dan mengangkat martabat keluarga," tutur Surianto.

Istrinya, Saleha mengungkapkan rasa bangga atas semangat bersekolah kedua anaknya. Bahkan menurut seorang guru, Ramadhan dan Nurlaela kerap tiba lebih awal di sekolah dibanding murid lain. Selain rajin, keduanya juga terbilang patuh perintah atau peraturan sekolah.

Saat tiba di sekolah dengan pakaian basah kuyup karena hujan, Ramadhan dan Nurlaela kadang menjadi olok-olokan temannya yang disambut dengan kalimat: biar saja. Yang penting saya sekolah.

Keluarga petani tersebut, bukan tidak punya keluarga yang rumahnya dekat sekolah dan menawarkan tempat tinggal sementara. Namun, Ramadhan dan Nurlaela memilih berjalan kaki setiap hari agar tetap bersama orang tuanya dan membantu di kebun, sepulang sekolah atau saat libur.

Ditanya suka-dukanya, Ramadhan dan Nurlaela kompak menjawab musim hujan cukup dirasakan sebagai hambatan untuk tetap ke sekolah. Hambatan itu, dihadapi dengan payung atau daun pisang sekalipun demi menyelamatkan buku dan peralatan sekolahnya.

Surianto menjelaskan, setiap hari kedua anaknya dibekali uang jajan secukupnya. "Keduanya, tidak pernah juga mengeluh meminta tambahan uang jajan," ujarnya. Perilaku kedua anak desa tersebut patut menjadi renungan sekaligus contoh bagi anak-anak lain, sekaligus sebagai refleksi Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei.

0 komentar:

Posting Komentar

 
i
n
i
k
a
s
a
m
k
a
n
a
n
a
k
i
d
i
d
n
e
p
a
i
n
u
d